
Temanggung, kabarperistiwa.id – Alunan gending Jawa terdengar sayup-sayup seolah mengiringi gerak langkah kirab warga Desa Tuksari, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, yang berarakan dari balai desa menuju lapangan, Senin (14/7/2025)
Barisan ratusan orang ini seakan menyibak tebalnya kabut, yang sejengkal kemudian puncak Gunung Sumbing dan Sindoro menampakkan kegagahannya seiring dengan hangatnya sinar mentari.
Bregada prajurit berbaris tegap laksana jati ngarang membawa songsong dan tombak, diikuti barisan pembawa alat musik, dan deretan perempuan. Serta barisan warga membawa nasi bucu, ingkung ayam, tumpeng kuning, lalu dibawa serta gunungan berisi hasil bumi.
Ya, pada tanggal 14 Juli 2025 ini warga Tuksari merayakan 101 tahun lahirnya desa yang berada di punggung Gunung Sindoro ini, dan memiliki harapan besar semakin gemah ripah loh jinawi, menjadi Desa Berdikari.
“Kita wajib bersyukur, bahwa Desa Tuksari sudah berumur seratus satu. Maka kita sebagai warga Desa Tuksari harus ada rasa memiliki dan bersyukur, kita semua bisa hidup di bumi Tuksari tanpa kekurangan suatu apapun. Dari hasil bumi, tanahnya masih subur, dari segi keagamaan pun bagus, maka harus kita syukuri dan harus tetap berbakti kepada leluhur kita yang sudah memperjuangkan Desa Tuksari hingga gemah ripah loh jinawi,” kata Ketua panitia penyelenggara Nurwahid didampingi Ngahadi
Rasa syukur mereka wujudkan dengan menggelar perayaan besar, mulai dari pertunjukkan jaranan, kirab, dan wayangan semalam suntuk dengan Ki dalang Narwoko dari Karanggedong, Temanggung
Salah seorang mantan Kepala Desa Tuksari, menjelaskan sejarah berdirinya desa, yang sebenarnya telah jauh ada sejak zaman nenek moyang, namun kala itu belum bernama.
Sejarah berdirinya Tuksari berawal digabungnya tiga wilayah pada 1830, yakni Sangkon, Bugel, dan Domangan. Setelah itu Dusun Mertan juga turut bergabung.
Sangkon kala itu dipimpin Lurah Dipoleksono, salah satu pengikut Pangeran Diponegoro. Hingga pada perkembangannya sampai Februari tahun 1924 datanglah Bupati Raden Adipati Ario Tjokrosoetomo ke desa ini, kemudian memberi nama Tuksari.
Pemberian nama terinspirasi dari banyaknya mata air yang terdapat di wilayah tersebut, dan Romo Wongso Harjo Sukarno sebagai lurah pertama.
Salah satu momen yang menarik, yakni pementasan kuda lumping berjumlah 101 personil yang melambangkan 101 usia Tuksari. "Jumlah personel jalanan 101 identik dengan hari jadi Tuksari dana pesertanya dari 5 dusun, dengan joget unitan," terang Suratman, salah seorang peserta jaranan
Ia menambahkan bahwa Reog Ronggolawe Dusun Mertan yang dimulai sejak tahun 1980-an merupakan reog pertama di Kabupaten Temanggung. “Saat itu para buruh cangkul disini menyisihkan upah buruhnya untuk membeli peralatan reog,” terang pria yang dikenal sebagai pesepakbola di negeri tembakau ini mengisahkan.
Disisi lain Sutarman merasa terharu dengan peringatan hari jadi ke-101 Desa Tuksari kali ini. Menurutnya, kekeluargaan dan keakraban masyarakat makin kental terjaga. (TS)